Istilah Revolusi Industri merujuk pada perubahan yang terjadi pada
manusia dalam melakukan prose produksinya. Pertama kali muncul di tahun
1750 an, ini lah yang biasa disebut Revolusi Industri 1.0.
Revolusi Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750-1850.
Saat itu terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian,
manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki
dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di
dunia.
Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan
hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan
mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil
mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad
setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan
perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Revolusi Industri 2.0, juga dikenal sebagai Revolusi Teknologi adalah
sebuah fase pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20. Revolusi Industri 1.0 yang berakhir pertengahan tahun 1800-an,
diselingi oleh perlambatan dalam penemuan makro sebelum Revolusi
Industri 2.0 muncul tahun 1870.
Meskipun sejumlah karakteristik kejadiannya dapat ditelusuri melalui
inovasi sebelumnya di bidang manufaktur, seperti pembuatan alat
mesin industri, pengembangan metode untuk pembuatan bagian suku
cadang, dan penemuan Proses Bessemer untuk menghasilkan baja, Revolusi
Industri 2.0 umumnya dimulai tahun 1870 hingga 1914, awal Perang Dunia
I.
Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit
tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Penemuan
ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang
mengubah wajah dunia secara signifikan.
Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimualinya
Revolusi Indusri 3.0. Proses revolusi industri ini kalau dikaji dari
cara pandang sosiolog Inggris David Harvey sebagai proses pemampatan
ruang dan waktu. Ruang dan waktu seamkin terkompresi. Dan, ini memuncak
pada revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak
lagi berjarak. Revolusi kedua dengan hadirnya mobil membuat waktu dan
jarak makin dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era
digital sekarang mengusung sisi kekinian (real time).
Selain mengusung kekinian, revolusi industri 3.0 mengubah pola relasi
dan komunikasi masyarakat kontemporer. Praktik bisnis pun mau tidak mau
harus berubah agar tidak tertelan zaman. Namun, revolusi industri
ketiga juga memiliki sisi yang layak diwaspadai. Teknologi membuat
pabrik-pabrik dan mesin industri lebih memilih mesin ketimbang manusia.
Apalagi mesin canggih memiliki kemampuan berproduksi lebih berlipat.
Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja manusia tidak terelakkan.
Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan luar biasa. Hanya dalam
hitungan jam, banyak produk dihasilkan. Jauh sekali bila dilakukan oleh
tenaga manusia.
Lalu Pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan
pola baru ketika disruptif teknologi (disruptivetechnology) hadir begitu
cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Sejarah
telah mencatat bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban
dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa.
Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar
perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi
kunci keberhasilan meraih prestasi dengan cepat. Hal ini ditunjukkan
oleh Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi
di seluruh dunia atau Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama di
industri jasa pariwisata. Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat
memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.
Kalau kita perhatikan tahap revolusi dari masa ke mas timbul akibat
dari manusia yang terus mencari cara termudah untuk beraktifitas. Setiap
tahap menimbulkan konsekuensi pergerakan yang semakim cepat. Perubahan
adalah keniscayaan dalam kehidupan umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar